Perkembangan
Kognitif
Aspek
Kematangan Kognitif
Pada masa remaja cara
berpikirnya belum begitu matang dalam beberapa hal, namun banyak yang mampu
untuk berpikir secara abstrak dan memiliki penilaian moral yang canggih serta
dapat merencanakan masa depan secara lebih realistis.
Tahapan
Operasional Formal dari Piaget
Menurut piaget, remaja
memasuki tingkat perkembangan kognitif tertinggi-operasional formal (formal operation), yaitu remaja
mengembangkan kapasitas untuk berpikir secara abstrak seperti mampu memahami
waktu dan ruang, dapat mengunakan simbol dalam mewakili sesuatu. Perkembangan
ini biasanya dimulai usia 11 tahun dan memberika cara yang baru dan lebih
fleksibel untuk memanipulasi informasi.
·
Penalaran
Hipotesis-Deduktif
Orang-orang
yang berada pada tahapan operasional formal Piaget dapat melakukan penalaran
hipotesis deduktif. Mereka dapat berpikir tentang kemungkinan, mengatasi
masalah secara fleksibel, dan menguji hipotesis.
·
Evaluasi
terhadap Teori Piaget
Yaitu
tidak semua pelajar bisa berpikir secara abstrak karena perkembangan kognitif
setiap orang berbeda-beda.
Elkind:
Karakteristik Pemikiran Remaja yang Belum Matang
Menurut Elkind, pola
pemikiran yang tidak matang dapat muncul dari kurangnya pengalaman remaja dalam
berpikir secara formal. Pola pemikiran ini mencakup yaitu :
1. Idealisme
dan sering mengkritik
2. Sifat
argumentasi
3. Sulit
untuk memutuskan sesuatu
4. Kemunafikan
yang tampak nyata
5. Kesadaran
diri
6. Keistimewaan
dan kekuatan
Perubahan
dalam Pemrosesan Informasi Pada Masa Remaja
Penelitian menemukan
terjadinya perubahan struktural dan fungsional dari pemrosesan informasi pada
remaja.
·
Perubahan
Struktural
Perubahan struktural pada remaja
meliputi :
1. Perubahan
dalam kapasitas pemrosesan informasi
2. Meningkatnya
jumlah pengetahuan yang disimpandalam ingatan jangka panjang. Informasi yang
disimpan dalam jangka panjang dapat berjenis pengetahuan deklaratif--declarative knowladge (“mengatahui
bahwa....”) terdiri dari pengetahuan yang berupa fakta yang telah didapat oleh
seseorang (ex: mengetahui bahwa 2+2=4), pengetahuan prosedural—prosedural
knowledge (“mengetahui bagaimana...”) terdiri dari semua keterampilan yang
telah didapatkan oleh seseorang (ex: dapat mengalikan dan membagikan angka),
dan pengetahuan konseptual—konceptual knowledge (mengetahui mengapa) adalah
pemahaman mengenai.
·
Perubahan
fungsional
Perubahan fungsional mencakup
kemajuan dan penalaran deduktif
Perkembangan
Bahasa
Dalam perkembangan
bahasa remaja juga lebih terampil dan dapat mengambil persepsi sosial. Biasanya
perkembangan bahasa pada remaja adalah
bagian perkembangan tersendiri dan berbeda dari identitas yang di miliki orang
tua dan dunia orang dewasa, dalam menciptakan
ekspresi seperti “geek” dan sebagainya. Remaja menggunakan kemampuan utuk
bermain dengan kata-kata yang baru saja muncul “untuk mendefinisikan cara
pandang unik generasi mereka dalam hal nilai, selera, dan preferensi” (Elkind,
1998, hal 29)
Penalaran
Moral : Teori Kohlberg
Menrut
Kohlberg, penilaian moral didasarkan pada perkembangan rasa keadilan dan
pertumbuhan kemampuan kognitif. Kohlberg menyatakan bahwa kemajuan perkembangan
moral dari kontrol eksternal menjadi standar kemasyaarkaatn terinternalisasi
mejadi kode moral yang pribadi dan berprinsip.
Kohlberg (1969) menggambarkan tiga tingkatan dari
penalaran moral (moral reasoning) :
-
Tingkat I: preconventional morality.
Penalaran moral dimana kendali eksternal dan peraturan ditaati untuk mendapatkan
hadiah atau menghindari hukuman atau kepentingan pribadi.
-
Tingkat II: conventional morality (atau
morality or conventional role conformity). Mengenai penalaran moral, di mana
standar dari figur otoritas terinternalisasi.
-
Tingkat III: postconventional morality
(atau morality of autonomouse moral principles). Mengenai penalaran moral, di
mana orang mengikuti prinsip moral yang tertanam secara internal dan dapat
membuat keputusan saat dihadapkan pada standar moral yang berkonflik.
Evaluasi teori terhadap
teori kohlberg yaitu teori kohlberg telah dikritik berdasarkan beberapa hal,
termasuk kegagalan untuk melihat peran penting dari emosi, sosialisasi, dan
bimbingan orang tua. Penerapan dari sistem kohlberg pada perempuan dewasa dan
remaja perempuan serta pada beberapa aspek dari model kohlberg tidak sesuai
dengan nilai budaya nonbarat.
Persiapan
Pendidikan dan Pekerjaan
Sekolah
adalah pengalaman pertama organisasi di kebanyakan hidup remaja. Sekolah
menawarkan kesempatan untuk mempelajari informasi, menguasai keterampilan baru,
dan mempertajam keterampilan lama.karena sekolah lah yang dapat menjelajahi
pilihan dan karier.bagi sebagian remaja pengalaman sekolah bukanlah kesempatan
tetapi merupakan salah satu lagi halangan menuju kedewasaan.
Terdapat pengaruh
remaja terhadap prestasi di sekolah dan ada juga pengaruh terhadap remaja yang
keluar dari sekolah.
Pengaruh
terhadap Motivasi dan Pencapaian
Siswa
yang berprestasi di sekolah biasanya cenderung untuk tetap sekolah, faktor
pengasuhan orang tua, satatus sosial dan ekonomi serta lingkungan tempat
tinggal lah yang mempengaruhi perjalanan dan pencapaian di sekolah pada remaja.
-
Keyakinan
Self Efficacy -- Siswa yang memiliki keyakinan self-efficacy atau keyakinan terhadap
dirinya biasanya percaya dan mampu menguasai tugas-tugas dan mengatur cara
belajar mereka sendiri sehinnga bisa mencapai prestasi yang baik di sekolah.
-
Pengaruh
Gaya pengasuhan Orang tua, Suku Bangsa, dan Kelompok
-- dapat mempengaruhi prestasi di sekolah, orang tua lebih otoritatif mendorong
remaja untuk melihat dua sisi dari satu isu seperti jika nilai baik akan
menghasilkan kecaman untuk baik lagi sedangkan nilai buruk mendapatkan hukuman
dengan mengurangi uang saku atau dengan
cara mengurung anak di dalam rumah. Keterlibatan orang tua yang otoritatif
salah satunya adalah dorongan yang di berikan sangatlah positif untuk
tugas-tugas sekolah. Di antara beberapa kelompok etnik gaya pengasuhan orang
tua mungkin menjadi kurang penting di bandingkan dengan faktor-faktor
lain,seperti pengaruh teman sebaya yang mempengaruhi tren menurunnya motivasi
yang pencapaiannya kebanyakan pada saat masa remaja awal.
-
Gender
--
dalam tes standarnya remaja laki-laki dan perempuan
mendapatkan skor yang kurang lebih sama dalam bidang studi.tetapi remaja perempuan
cendrung memiliki kepercayaan diri yang tinggi di banding dengan remaja
laki-laki, karena remaja perempuan dalam kemampuan akademisnya lebih menyukai
sekolah, mendapatkan nilai yang baik dan lebih tinggi lulus sma serta
merencanakan untuk melanjutkan keperguruan tinggi. Sedangkan anak laki-laki
lebih baik mengerjakan standar di bidang matematika dan ilmu alam, kemungkinan
karena mereka lebih menyukai bidang ini di bandingkan remaja perempuan, tetapi
perbedaan gender ini tampak mengecil ketika saat remaja juga mengambil studi
matematika dan ilmu yang sama menantangnya dan berhasil dengan baik.
-
Sistem pendidikan --
kualitas dari sekolah sangat kuat dalam mempengaruhi prestasi siswa. Sekolah
yang menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan siswa mendapatkan hasil yang
lebih baik di bandingkan dengan sekolah yang mencoba untuk mengajar siswa
dengan cara yang sama. Peralihan keperguruan tinggi dengan standart pendidikan
yang lebih tinggi dan tuntunan untuk mengelola atau mengontrol diri sendiri
dapat mengejutkan bagi sebagian siswa,early
college school sekolah kecil yang bekerja sama dengan perguruan tinggi
terdekat di tujukan kepada siswa dengan status ekonomi yang rendah dan berasal
dari kelompok minoritas dan generasi pertama yang secara statistik tidak terwakili
di pendidikan perguruan tinggi, dengan sekolah-sekolah ini siswa dapat
menyelesaikan masa SMA sekaligus dua tahun pertama di perguruan tinggi
-
Keluar
dari SMA -- Kebanyakan yang keluar
dari sma adalah remaja laki-laki dari pada remaja perempuan, rata-rata yang
keluar dari sekolah SMA adalah keluarga yang penghasilannya rendah. Tingkat
keluar lebih tinggi di antara kelompok
minoritas yang hidup dalam kemiskinan dan kualitas sekolah yang lebih buruk di
bandingkan dengan siswa dengan latar belakang sekolah yang lebih menguntungkan.
Alasan lain yang muncul bisa jadi terkendala pada kesulitan bahasa, tekanan
ekonomi, dan budaya yang menempatkan keluarga sebagai hal yang utama. Karena
kebanyakan yang terjadi selama ini siswa yang keluar dari sekolah selalu
beralasan untuk membantu ekonomi pada keluarga mereka.
Tetapi ada juga remaja yang
tetap mempertahankan diri untuk tidak keluar sekolah yaitu keterlibatan aktif
(active engagement), keaktifan siswa selama berada di sekolah. Dalam tingkat
yang mendasar , keterlibatan aktif berarti masuk kelas tepat waktu,
mempersiapkan diri, mendengarkan dan merespons penjelasan dari guru dan
mentaati peraturan sekolah.
Pendidikan
dan Cita-cita Pekerjaan
Cita-cita
pendidikan dan pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk self-efficacy dan nilai-nilai orang tua.
Stereotip gender memiliki pengaruh yang lebih sedikit dibandingkan zaman
dahulu.
Membimbing
para pelajar yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi – yaitu dengan
memberikan pengajaran mengenai berbagai keterampilan dasar, konseling, dukungan
teman sebaya, mentoring, magang, dan penempatan kerja.
Referensi :
Olds
Fieldman, papalia. 2009. Human
Development. Jakarta : Salemba Humanika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar