Rabu, 23 April 2014

Perkembangan Masa Anak-anak awal

Masa Anak-anak Awal
(Early Childhood)

ü  Periode perkembangan masa anak-anak awal (2-6 tahun)
1.    Merupakan usia sulit
2.    Merupakan usia bermain
3.    Merupakan usia prasekolah
4.    Merupakan usia menjelajah

ü  Tugas-tugas perkebangan masa awal anak-anak
1.    Mempelajari seks dan tata caranya
2.    Belajar membedakan benar dan salah, serta mulai mengembangkan hati nurani
3.    Belajar berhubungan secara emosional

ü  Perkembangan fisik masa awal anak-anak
1.    Bertabah tinggi dan berat
2.    Selama usia prasekolah anak laki dan perempuan pertumbuhannya makin langsing dan bertambah tinggi
3.    Perbedaan yang bervariasi pada setiap individu disebabkan karena factor keturunan, gizi, factor lingkungan.
4.    Perkembangan otak tidak secepat pda masa bayi ketika mencapai usia 3 tahun ukuran otak 3/4 otak orang dewasa, usia 5 tahun ukuran otaknya 9/10 otak orang dewasa.
5.    Pertumbuhan otak lebih cepat disbanding dengan tubuh lainnya.
6.    Pertambahan otak ini disebakan oleh pertumbuhan jumlah dan ukuran urat syaraf yang berujung didalam dan diantara daerah otak.

Kasus :
Kelebihan Berat Badan
Kelebihan berat badan menjadi masalah kesehatan yang serius pada masa kanak-kanak awal dan banyak orang tua yang tidak mengakui bahwa anak-anak mereka kelebihan berat. Misalnya, satu studi baru tentang orang tua dengan usia anak-anak 2 sampai 17 tahun menemukan bahwa sebagian orangtua yang anak-anaknya kelebihan berat badan merasa anak-anak mereka menjadi sangat berat dan tidak cemas akan kelebihan berat anak-anaknya.
Perilaku makan anak sangat dipengaruhi oleh perilaku caregiver. Perilaku makan anak bertambah ketika caregiver makan dengan anak-anak pada waktu yang tidak tentu, jenis makanan sehat, suasana makan yang menyenangkan, dan memesan makanan khusus. Selingan TV, pendapat keluarga, dan kegiatan bersaing dapat meminimalisasikan sehingga anak-anak fokus pada makan. Peka atau mendengarkan jenis makanan caregiver dimanacaregiver adalah pengasuh, memberikan informasi yang jelas mengenai apa yang diharapkan, dan dengan tepat merespon isyarat anak-anak, merupakan hal yang dianjurkan. Perilaku caregiver yang keras dan bersifat membatasi tidak dianjurkan. Misalnya, membatasi jenis makanan dikaitkan kepada anak-anak yang kelebihan berat badan. Hal ini tidak menitik kemungkina usia awal anak dapt terkena diabetes karna pola makan yang salah dan keturunan orang tuanya.

ü  Perkembangan motoric
1.    Motoric kasar
·         Usia 3 tahun : suka akan gerakan sederhana seperti jingkrak-jikrak
·         Usia 4 tahun :memanjat tangga dengan satu kaki
·         Usia 5 tahun : lebih berani mengambil resiko, anak sangat aktif.
2.    Keterampilan motoric halus
·         Usia 3 tahun bisa membangun menara dan membongkar pasang pazzle.
·         Usia 4 tahun, keterampilan mulai meningkat pesat
·         Usia 5 tahun, tangan , lengan, tubuh bergerak bersama-sama dibawah komando yang lebih baik dari mata
·         Usia 1,5 dan 1,3, kemjuan dalam keterampilan berpakaian
3.    Kekidalan : pilihan tangan berkembag sejak bayi dan pada masa ayi dapat ditemukan bayi sering tidur menoleh kearah kiri dan kanan
Kasus :
Anak yang berusia 3 tahun belum bisa melompat-lompat selayaknya anak seusianya, anak tersebut hanya duduk dan berdiri, begitulah selalu kebiasaannya tanpa perna mencoba untuk berlari mengejar teman-temnnya bermain. Pada usia 2 tahun Anak tesebut perna berlari dan jatuh sehingga kakinya berdarah sehingga orang tuanya pun sangat menjaga hati-hati anaknya tersebut sehingga

ü  Perkembangan kognitif
Dunia anak prasekolah ialah kretif, bebas, dan penuh imajinatif. Tahap perkembangan pra operasional Piaget.

ü  Perkembangan bahasa
·         Usia 12-26 tahun, perbendaharaan kata benda dan kata kerja dengn sedikit kata sifat dank ta bantu . contoh : dada mama
·         Usia 27-3 bulan . cth: susu habis
·         Usia 31- 34 bula. Cotoh : pertanyaan ya atau tidak
·         Usia 35-40 bulan. Contoh : “lihat….”
·         Usia 41-46 bulan. Contoh “aku mau …..”

Factor yang mempengaruhi banyaknya anak berbbicara yaitu :
1.    Intelegensi
2.    Jenis disiplin
3.    Posisi urutan
4.    Besarnya keluarga
5.    Status social ekonomi
6.    Berbahasa dua
7.    Penggolongan peran seks

Kasus :

Seorang anak berusia 3 tahun diasuh oleh pengasuh yang tunarunggu (tidak bisa berbicara) sejak ia berusia 1 tahun. Karena kedua orang tuanya sibuk bekerja dan tidak bisa mencarikan pengasuh yang normal, sehingga orang tuanya terpasang membiarkan anaknya diasuh oleh pengasuh yang tunarunggu tersebut, tanpak perkembangan fisiknya normal saja tetapi perkembangan bahasanya sangat minim karena sampai usia 4 tahun anak tersebut belum lancer berbicara dan masih mengucapkan 2 kata saja.

ü  Perkembangan emosi
Awal anak-anak sangat kuat dalam arti ia mudah terbawa ledakaan emosional sehigga sulit dimbing dan dirahkan. Emosi yang umum pada masa awal anak-anak (early childhood) yaitu amarah, takut, cemburu, ingintahu, iri hati, gembira, sedih kasih sayang.

Kasus :

Seorang anak yang sangat emosional, susah mengontrol  apa kemauan si anak sehingga anak tersebut selalu terbiasa marah dan melemparkan barang ketika ia tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya sehingga Ibunya selalu menuruti kemauaan si anak.

ü  Perkembangan social
Anak mulai banyak bermain dengan anak yang lain tapi juga banyak berbicara.
Pola perilaku social : meniru, persaingan, kerjasama, simpati empati, dukungan social, membagi, perilaku akrab.

Kasus :

Seorang anak yang berinisial S berumur  3 tahun, dari kecil hidup di komplek perumahan yang sepih sehingga anak tersebut selalu bermain hanya bersama ibu, ayah dan pengasuhnya. Paling sering berinteraksi dengan pengasuhnya karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Anak tersebut sangat pendiam dan sulit berinteraksi dengan orang-orang baru yang ada disekeliingnya.


Sabtu, 27 Oktober 2012

Psi perkembangan 2


Perkembangan Kognitif
Aspek Kematangan Kognitif
Pada masa remaja cara berpikirnya belum begitu matang dalam beberapa hal, namun banyak yang mampu untuk berpikir secara abstrak dan memiliki penilaian moral yang canggih serta dapat merencanakan masa depan secara lebih realistis.

Tahapan Operasional Formal dari Piaget
Menurut piaget, remaja memasuki tingkat perkembangan kognitif tertinggi-operasional formal (formal operation), yaitu remaja mengembangkan kapasitas untuk berpikir secara abstrak seperti mampu memahami waktu dan ruang, dapat mengunakan simbol dalam mewakili sesuatu. Perkembangan ini biasanya dimulai usia 11 tahun dan memberika cara yang baru dan lebih fleksibel untuk memanipulasi informasi.
·         Penalaran Hipotesis-Deduktif
Orang-orang yang berada pada tahapan operasional formal Piaget dapat melakukan penalaran hipotesis deduktif. Mereka dapat berpikir tentang kemungkinan, mengatasi masalah secara fleksibel, dan menguji hipotesis.
·         Evaluasi terhadap Teori Piaget
Yaitu tidak semua pelajar bisa berpikir secara abstrak karena perkembangan kognitif setiap orang berbeda-beda.

Elkind: Karakteristik Pemikiran Remaja yang Belum Matang
Menurut Elkind, pola pemikiran yang tidak matang dapat muncul dari kurangnya pengalaman remaja dalam berpikir secara formal. Pola pemikiran ini mencakup yaitu :
1.      Idealisme dan sering mengkritik
2.      Sifat argumentasi
3.      Sulit untuk memutuskan sesuatu
4.      Kemunafikan yang tampak nyata
5.      Kesadaran diri
6.      Keistimewaan dan kekuatan

Perubahan dalam Pemrosesan Informasi Pada Masa Remaja
Penelitian menemukan terjadinya perubahan struktural dan fungsional dari pemrosesan informasi pada remaja.
·         Perubahan Struktural
Perubahan struktural pada remaja meliputi :
1.      Perubahan dalam kapasitas pemrosesan informasi
2.      Meningkatnya jumlah pengetahuan yang disimpandalam ingatan jangka panjang. Informasi yang disimpan dalam jangka panjang dapat berjenis pengetahuan deklaratif--declarative knowladge (“mengatahui bahwa....”) terdiri dari pengetahuan yang berupa fakta yang telah didapat oleh seseorang (ex: mengetahui bahwa 2+2=4), pengetahuan prosedural—prosedural knowledge (“mengetahui bagaimana...”) terdiri dari semua keterampilan yang telah didapatkan oleh seseorang (ex: dapat mengalikan dan membagikan angka), dan pengetahuan konseptual—konceptual knowledge (mengetahui mengapa) adalah pemahaman mengenai.
·         Perubahan fungsional
Perubahan fungsional mencakup kemajuan dan penalaran deduktif

Perkembangan Bahasa
Dalam perkembangan bahasa remaja juga lebih terampil dan dapat mengambil persepsi sosial. Biasanya perkembangan bahasa  pada remaja adalah bagian perkembangan tersendiri dan berbeda dari identitas yang di miliki orang tua  dan dunia orang dewasa, dalam menciptakan ekspresi seperti “geek” dan sebagainya. Remaja menggunakan kemampuan utuk bermain dengan kata-kata yang baru saja muncul “untuk mendefinisikan cara pandang unik generasi mereka dalam hal nilai, selera, dan preferensi” (Elkind, 1998, hal 29)

Penalaran Moral : Teori Kohlberg
            Menrut Kohlberg, penilaian moral didasarkan pada perkembangan rasa keadilan dan pertumbuhan kemampuan kognitif. Kohlberg menyatakan bahwa kemajuan perkembangan moral dari kontrol eksternal menjadi standar kemasyaarkaatn terinternalisasi mejadi kode moral yang pribadi dan berprinsip.
Kohlberg (1969) menggambarkan tiga tingkatan dari penalaran moral (moral reasoning) :
-          Tingkat I: preconventional morality. Penalaran moral dimana kendali eksternal dan peraturan ditaati untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman atau kepentingan pribadi.
-          Tingkat II: conventional morality (atau morality or conventional role conformity). Mengenai penalaran moral, di mana standar dari figur otoritas terinternalisasi.
-          Tingkat III: postconventional morality (atau morality of autonomouse moral principles). Mengenai penalaran moral, di mana orang mengikuti prinsip moral yang tertanam secara internal dan dapat membuat keputusan saat dihadapkan pada standar moral yang berkonflik.
Evaluasi teori terhadap teori kohlberg yaitu teori kohlberg telah dikritik berdasarkan beberapa hal, termasuk kegagalan untuk melihat peran penting dari emosi, sosialisasi, dan bimbingan orang tua. Penerapan dari sistem kohlberg pada perempuan dewasa dan remaja perempuan serta pada beberapa aspek dari model kohlberg tidak sesuai dengan nilai budaya nonbarat.

Persiapan Pendidikan dan Pekerjaan
            Sekolah adalah pengalaman pertama organisasi di kebanyakan hidup remaja. Sekolah menawarkan kesempatan untuk mempelajari informasi, menguasai keterampilan baru, dan mempertajam keterampilan lama.karena sekolah lah yang dapat menjelajahi pilihan dan karier.bagi sebagian remaja pengalaman sekolah bukanlah kesempatan tetapi merupakan salah satu lagi halangan menuju kedewasaan.
Terdapat pengaruh remaja terhadap prestasi di sekolah dan ada juga pengaruh terhadap remaja yang keluar dari sekolah.
Pengaruh terhadap Motivasi dan Pencapaian
            Siswa yang berprestasi di sekolah biasanya cenderung untuk tetap sekolah, faktor pengasuhan orang tua, satatus sosial dan ekonomi serta lingkungan tempat tinggal lah yang mempengaruhi perjalanan dan pencapaian di sekolah pada remaja.
-          Keyakinan Self Efficacy -- Siswa yang memiliki keyakinan self-efficacy atau keyakinan terhadap dirinya biasanya percaya dan mampu menguasai tugas-tugas dan mengatur cara belajar mereka sendiri sehinnga bisa mencapai prestasi yang baik di sekolah.
-          Pengaruh Gaya pengasuhan Orang tua, Suku Bangsa, dan Kelompok -- dapat mempengaruhi prestasi di sekolah, orang tua lebih otoritatif mendorong remaja untuk melihat dua sisi dari satu isu seperti jika nilai baik akan menghasilkan kecaman untuk baik lagi sedangkan nilai buruk mendapatkan hukuman dengan mengurangi uang  saku atau dengan cara mengurung anak di dalam rumah. Keterlibatan orang tua yang otoritatif salah satunya adalah dorongan yang di berikan sangatlah positif untuk tugas-tugas sekolah. Di antara beberapa kelompok etnik gaya pengasuhan orang tua mungkin menjadi kurang penting di bandingkan dengan faktor-faktor lain,seperti pengaruh teman sebaya yang mempengaruhi tren menurunnya motivasi yang pencapaiannya kebanyakan pada saat masa remaja awal.
-          Gender -- dalam tes standarnya remaja laki-laki dan perempuan mendapatkan skor yang kurang lebih sama dalam bidang studi.tetapi remaja perempuan cendrung memiliki kepercayaan diri yang tinggi di banding dengan remaja laki-laki, karena remaja perempuan dalam kemampuan akademisnya lebih menyukai sekolah, mendapatkan nilai yang baik dan lebih tinggi lulus sma serta merencanakan untuk melanjutkan keperguruan tinggi. Sedangkan anak laki-laki lebih baik mengerjakan standar di bidang matematika dan ilmu alam, kemungkinan karena mereka lebih menyukai bidang ini di bandingkan remaja perempuan, tetapi perbedaan gender ini tampak mengecil ketika saat remaja juga mengambil studi matematika dan ilmu yang sama menantangnya dan berhasil dengan baik.
-          Sistem pendidikan -- kualitas dari sekolah sangat kuat dalam mempengaruhi prestasi siswa. Sekolah yang menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan siswa mendapatkan hasil yang lebih baik di bandingkan dengan sekolah yang mencoba untuk mengajar siswa dengan cara yang sama. Peralihan keperguruan tinggi dengan standart pendidikan yang lebih tinggi dan tuntunan untuk mengelola atau mengontrol diri sendiri dapat mengejutkan bagi sebagian siswa,early college school sekolah kecil yang bekerja sama dengan perguruan tinggi terdekat di tujukan kepada siswa dengan status ekonomi yang rendah dan berasal dari kelompok minoritas dan generasi pertama yang secara statistik tidak terwakili di pendidikan perguruan tinggi, dengan sekolah-sekolah ini siswa dapat menyelesaikan masa SMA sekaligus dua tahun pertama di perguruan tinggi
-          Keluar dari SMA -- Kebanyakan yang keluar dari sma adalah remaja laki-laki dari pada remaja perempuan, rata-rata yang keluar dari sekolah SMA adalah keluarga yang penghasilannya rendah. Tingkat keluar lebih tinggi di  antara kelompok minoritas yang hidup dalam kemiskinan dan kualitas sekolah yang lebih buruk di bandingkan dengan siswa dengan latar belakang sekolah yang lebih menguntungkan. Alasan lain yang muncul bisa jadi terkendala pada kesulitan bahasa, tekanan ekonomi, dan budaya yang menempatkan keluarga sebagai hal yang utama. Karena kebanyakan yang terjadi selama ini siswa yang keluar dari sekolah selalu beralasan untuk membantu ekonomi pada keluarga mereka.
Tetapi ada juga remaja yang tetap mempertahankan diri untuk tidak keluar sekolah yaitu keterlibatan aktif (active engagement), keaktifan siswa selama berada di sekolah. Dalam tingkat yang mendasar , keterlibatan aktif berarti masuk kelas tepat waktu, mempersiapkan diri, mendengarkan dan merespons penjelasan dari guru dan mentaati peraturan sekolah.

Pendidikan dan Cita-cita Pekerjaan
            Cita-cita pendidikan dan pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk self-efficacy dan nilai-nilai orang tua. Stereotip gender memiliki pengaruh yang lebih sedikit dibandingkan zaman dahulu.
            Membimbing para pelajar yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi – yaitu dengan memberikan pengajaran mengenai berbagai keterampilan dasar, konseling, dukungan teman sebaya, mentoring, magang, dan penempatan kerja.

Referensi :
Olds Fieldman, papalia. 2009. Human Development. Jakarta : Salemba Humanika.      

Sabtu, 13 Oktober 2012

Hubungan antara manusia dengan lingkungan


       I.            Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Ada 2 jenis lingkungan dalam hubungan antara manusia dengan kondisi fisik  lingkungannya
1.       Lingkungan yang sudah akrab dengan manusia yang bersangkutan
Misalnya rumah untuk anggota keluarga, kantor untuk karyawan, kokpit untuk penerbangan, diskon untuk remaja,lingkungan yg sudah diakbrabinya ini memberi peluang lebih besar untuk tercapai nya keadaan homeostasi (keseimbangan). Dengan demikian, lingkungan jenis ini cenderung dipertahankan atau kalau seorang mau melakukan sesuatu ia cenderung mencari lingkungan yang akrab ini.
2.      Lingkungan yang masih asing, kemungkinan timbulnya stres lebih besar.
Manusia terpaksa melakukan penyesuaian diri, ini pun bisa menambah besarnya strees. Misalnya, orang dari desa untuk pertama kalinya masuk kompleks pertokohan di kota besar, ia akan mengalami kesulitan untuk naik lift atau eskalator . sebaliknya, orang kota yang harus tinggal di desa yang hanya bisa dicapai melalui jalan setapak naik-turun bukit, tidak ada listrik, harus buang air di kebun, dan sebagainya. Orang kota pun harus mengalami kesulitan penyesuaian diri. oleh karena itu, biasanya orang cenderung menghidari lingkungan–lingkungan yang asing .
Dalam hubungan dengan kecenderungan untuk memilih lingkungan yang akrab dan menghindari lingkungan yang asing inilah bisa di terapkan mengapa pembunuh cenderung menyembunyikan  korbannya didekat kampungnya sendiri, pemerkosa cenderung memilih korban  yang sudah dikenalnya, dan sebagainya (Kantor Menteri KLH, 1991).
Bagaimana pun juga, lingkungan asing itu ujungnya tidak bisa di hindari sepenuhnya. Selain itu, dalam proses belajarnya, manusia dari waktu ke waktu selalu perlu penyesuaian diri terhadap lingkungan baru sehingga ia bisa mencapai ke majuan dalam kehidupannya. Orang desa yang pindah ke kota , anak sekolah yang melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi , menantu yang harus pindah ke rumah mertua dan sebagainya itu semua melakukan perilaku penyesuaian .
Bagaimana pengaruh rangsang dari lingkunagn terhadap tingkah laku telah di buktikan antara lain oleh gale (1990) ia mengadakan penelitian terhadap sejumlah anak berumur 4-12 tahun . anak-anak itu di minta untuk mengenal jalan-jalan di suatu lingkungan pemukiman yang masih asing . caranya adalah dengan cara meminta mereka untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lain di lingkungan pemukiman itu. Banyaknya kesalahan navigasi yang di buat masing-masing anak merupakan score dari kemampuannya untuk menyesuaikan diri pada lingkungan. Sebelum itu anak-anak di minta untuk mempelajari situasi lingkungan. Setengah dari kelompok itudi suruh mempelajarinya dari kaset video, sedangkan sisanya di suruh langsung mempelajarinya di lapangan. Sebagai hasilnya ternyata yang langsung mempelajari situasi di lapangan mendapat score kesalahan navigasi jauh lebih kecil dari yang mempelajarinya lewat vidio. Jadi dapat di katakan bahwa pengalaman langsung memang bisa membuahkan proses belajar yang lebih berhasil.
1.2  Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang dibahas adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana perubahan tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan ?
2.      Bagaimana perubahan lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku ?

1.3  Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa lebih mengerti dan memahami materi pembelajaran yang tersirat dalam makalah ini tentang penyesuaian tingkah laku manusia terhadap lingkungannyas serta dapat diambil manfaatnya untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.









    II.            Isi
2.1  Perubahan tingkah laku agar sesuai dengan lingkungan
Tingkah laku penyesuaian diri terhadap linkungan diawali dengan stres, yaitu suatu keadaan dimana linkungan mengancam, membahayakan keberadaan, kesejahteraan atau kenyamanan diri seorang. Pengertian perubahan perilaku : Intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku yang kondusif untuk kesehatan agar individu, kelompok dan masyarakat mempunyai perilaku yang positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan. Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Skiner (1938) seorang psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai bentangan kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya.
Reaksi terhadap stres itu menurut lazarus tedapat dua macam (Baum, 1985:188) :
1.      Tindakan langsung
Contoh dari tindakan langsung :
·         lingkungan kumuh, misalkan ada 10.000 orang dari wilayah afrika selama 12 bulan terakhir, mereka pindah dengan alasan bahwa kualitas lingkungan mulai rusak, air bersih sulit, perumahan mahal dan sebagainya.
·         Migrasi dalam majalah time (november 1191) di laporkan bahwa 510000 orang pindah dari wilayah negara bagian california selama 12 bulan terakhir mereka pindah dengan alasan bahwa kualitas lingkungan di california telah rusak pantai-pantainya tercemar dll . padahal dulu california adalah tanah harapan yang penuh kesempatan buat orang yang ingin maju.

2.      Penyesuaian mental (palliative coping)
Penyesuaian mental adalah menyesuaikan diri secara lebih realistik dengan lingkungannya
Contoh penyesuaian mental :
·         Anak Kuwait yang mengalami langsung peristiwa Perang Teluk. 62% anak-anak yang diteliti melihat langsung peristiwa yang yang bisa menimbulkan trauma kejiwaan yaitu melihat orang digantung, menyaksikan temannya hancur berkeping-keping bersama granat, melihat ayah kandungnya di seret tentara irak dan tidak pernahb kembali .
Dampak dari peristiwa traumatik ini antara lain mimpi yang berulang-ulang tentang peristiwa mengerikan itu tidak berani pergi keluar rumah dan sebagainya.
·         Traumah pada masalah keluarga, misalnya anak yang melihat kedua orang tuanya bertengkar.
·         Tidak semua orang bisa migrasi, ada yang terpaksa misalnya tinggal di california, mereka ini beranggapan bahwa daripada pindah ke tempat lain yang belum tentu juga lebih baik keadaannya, lebih baik tetap tinggal saja di tempat lama. Mereka ini mungkin mengembangkan khayalan-khayalan tentang kehidupan yang nyaman di lingkungannya, mencari kenikmatan dengan cara peyalahgunaan obat atau psikotik.
Ditinjau dari sudut psikologik klinik, reaksi penyesuaian diri semacam ini tergolong patologik (kelainan, penyakit). Akan tetapi dalam psikologi lingkungan, reaksi jenis ini tergolong penyesuaian mental yang oleh Bell dkk (1978:224) dinyatakan sebagai suatu proses yang wajar walaupun demikian , psikologi lingkungan pun tentunya menganjurkan usaha khusus untuk orng-orang semacam ini agar ia bisa lebih menyesuaikan diri secara lebih realistik dengan lingkungannya .

2.2  Perubahan lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku
Bagaimana manusia mengubah lingkungan agar sesuai dengan tingkah laku nya antara lain dapat diamati pada berbagai  jenis rumah yang dihuni manusia, di perdalaman Sumatra dan Kalimantan ada rumah –rumah panggung agar manusia bisa menghindari banjir dan binatang buas tetapi kolong panggung juga bisa dijadikan lumbung ,kadang ternah, tempat bermain atau tempat penampungan air. Rumah di perkampungan kumuh di kota besar dibuat bersusun keatas agar lebih banyak penghuni bisa tinggal disitu. Sebaliknya, rumah susun dibuat oleh pemerintah untuk menampung lebih banyak penduduk. Rumah gadang di sumatra barat dibuat sangat besar, seluru keluarga besar yang terdiri atas beberapa keluarga inti tinggal dibawah satu atap .
Proses rekayasa lingkungan mengakibatkan tingkah laku . mendesain (merancang) lingkungan. Dalam mendesain lingkungan ada 2 unsur, yaitu
a.       Kekayaan huni (habitability)
Kelayakan huni adalah seberapa jauh suatu lingkungan itu, rumah, kantor, pasar, pemukiman, kapal, pesawat udara, rumah sakit, tempat rekreasi, bus umum, dan kereta api bisa memenuhi keperluan manusia yang akan menggunakan lingkungan (buatan) itu.
Contoh lain dari kesadaran dalam mendesain lingkungan adalah fesain, rumah-rumah bangsawan, jawa, hampir selalu mempunyai pendopo, bukan karna seringnya diadakan pertemuan dirumah itu, melaikan karna pendopo merupakan perlambang dari gaya bangsawan jawa.
Faktor kedua yang berpengaruh pada perancangan lingkungan adalah kriteria. Sesuai dengan adanya keperluan – keperluan yang harus di penuhi seperti sudah disebutkan di atas , ada sejumlah kiteria yang perlu dipenuhi dalam rancangan lingkungan buatan. Banyak pula kriteria  seperti berikut :
1.      Kemudahan tingkah laku
a. Fungsional
Rumah harus memungkinkan orang beristirahat , memasak, makan, berkumpul dengan keluarga, dan sebagainya.
b. Keluasan
Kalau penghuni rumah itu 7 orang misalnya, perlu tersedia ruangan yang lebih luas dari pada jika penghuninya hanya 3 orang.

2.      Menjaga kondisi fisiologik.
a.       Suhu dan kelembaban udara harus senantiasa sesuai dengan ambang tolerasi penghuni atau penghuni atau pemakai lingkungan .
b.      Perlu tersedia sarana pencegahan keadaan darurat, yaitu remdarurat pada kereta api, sekring pada instalasi listrik, pemadam kebakaran .

3.      Menjaga kondisi indra
a.       Meransang indra misalnya cukup cahaya
b.      Keseimbangan indra : cukup ada rangsangan , tetapi tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit. Misalnya , gambaran –gambaran yang di pajang di dinding tidak terlalu banyak sehingga timbul kesan ramai atau terlalu sedikit sehingga kesan kosong atau sepi

4.      Menjaga kondisi sosial
a.       Perangsangan sosial misalnya dalam rumah tersedia ruang rekreasi atau kantin, dan di lingkungan pemukiman disediakan taman.
b.      Isolasi sosial jika diperlukan privacy, lingkungan yang di rannncang dengan baik bisa menyediakan nya, seperti kamar tidur, kamar belajar, kamar mandi di rumah atau ruang konsultasi dokter dirumah sakit ,dan ruang pengakuan dosa di gereja.